Selasa, 31 Mei 2011

Orang Kuat.



Orang Kuat adalah yang Tetap MENCINTAI walau ia terluka karena cintanya.
Ia Mau MEMAAFKAN disaat  perih ia disakiti.

Orang Kuat adalah yang SABAR disaat rintangan tak pernah pergi dari nya.
Ia SANTUN dalam kata dan laku walau seseorang memancing amarahnya…

Orang Kuat adalah  yang SELALU terbuka tangannya MEMBERI
Ia  MENDAHULUKAN YANG LAIN walau ia sama Membutuhkannya.

Orang Kuat adalah yang SELALU GEMBIRA disaat hidup tanpa harapan sekalipun.
Ia TETAP  TERSENYUM walau  dilupakan dan dipandang rendah…

Orang yang kuat adalah yang memegang PRINSIP –nya walau dunia meninggalkannya.
Ia  membalas Pertentangan dengan KASIH.

Orang yang Kuat adalah yang tidak MENYALAHKAN orang lain atas apapun yang menimpanya…
Ia siap menerima TANGGUNGJAWAB karena semua perbuatanya.

Orang Kuat adalah yang tidak terjebak pada PENGHAKIMAN dini atas “diri” -nya….
Ia MENGUTUK “kesalahan” –nya…. bukan “diri” –nya.

..and ORANG KUAT adalah yang bisa MENGALAHKAN DIRINYA
karena tanpa itu dia bukan apa-apa
Awal February 2007

Amarah..


“ Semua Orang Bisa Marah. Tapi marah karena alasan yang benar, untuk tujuan yang benar, pada orang yang tepat, dengan tingkat kemarahan yang sesuai, diwaktu yang tepat, ditempat yang semestinya, adalah tidak mudah. Dan semua orang belum tentu bisa” Aristotels ( Filsuf).
Bagaimana dengan Anda?

Kerendahan Hati



Didalam cara-cara mencapainya, Ibu Teresa dari Calcuta mencantumkan salah satu point penting untuk kerendahan hati adalah  “Jangan Berusaha Untuk Dikagumi dan Dicintai”.
Ketika untuk kali pertama membaca ini, alis saya serta-merta terangkap bertanya kenapa?
Apakah berusaha untuk dikagumi dan dicintai dapat menjadikan seseorang tinggi hati? Menjadi takabur dan sombong? Apakah berusaha untuk dicintai dan dikagumi dapat membuat seseorang kehilangan kepekaanan hatinya?

Paradoksial memang, ketika cinta mensyaratkan untuk diperjuangkan, berhadapan dengan jangan berusaha untuk dicintai dan dikagumi dari kerendahan hati. Pernah dengar “cinta ditolak dukun bertindak?” Inilah  tanda bahwa seorang pejuang cinta dapat saja gelap mata menghalalkan segala cara untuk mendapatkan cintanya. Mungkin saja saya berpikir bahwa jika cara haram dihalalkan dalam rangka memperjuangkan cinta bisa diterima sebagai sesuatu yang keliru, maka sah- sah saja. Tapi bagaimana jika usaha untuk dicintai dan dikagumi yang halal pun tidak di-rekomendasi-kan oleh kerendahan hati?

Ibu Mungil dengan cinta sebesar kehidupan di bumi ini tentu punya alasan yang sangat kuat ketika memasukan point ini dalam perjuangannya menjadi rendah hati.  Barangkali para pengikutnya paham benar apa motifasi dasar yang menjadi landasan perilaku mereka. Tapi bagaimana dengan saya yang awam? Haruskah kerendahan hati sebagai nilai yang patut untuk diperjuangkan mengalahkan usaha lebih besar tuk mendapatkan balasan cinta dari seseorang? Bukankah juga manusiawi jika saya berusaha agar cinta saya mendapatkan balasan cinta juga?

Mencintai adalah pengalaman universal paling misterius. Membahasnya sama saja dengan menanggalkan lapisan demi lapisan kehidupan. Membicarakannya berarti menyinggung segala yang kasat maupun yang nyata, lintas galaksi, tak terbatas ruang maupun waktu. Cinta itu sangat kompleksa namun bisa juga sangat sederhana. Bahkan mungkin saja lebih sederhana dari “mengurai harumnya mawar dengan kata-kata”. Siapa yang sanggup?

Barangkali Ibu Teresa benar. Bahwa cinta yang universal dan misterius inilah salah satu alasan yang kuat untuk “menguji” seseorang dalam menjadi rendah hati. Pengalaman mencintai yang misterius itu membuat banyak orang kehilangan pikiran. Benar! Karena mencintai itu tanpa alasan. Diluar rasio. Tak terjangkau logika. Karena ketakterjanggkauan rasio inilah maka kadang saya kehilangan atau lebih parah lagi sengaja menghilangkan rasio dalam memperjuangkannya.

Padahal -barangkali Ibu Teresa sadar betul- bahwa tak diperjuangkan pun ketika cinta datang tak ada satu hal pun dapat menghalanginya. Tidak lautan luas, tidak juga dinginnya antartika. Tidak jarak antar galaksi, apalagi cuma tebalnya dinding tembok besar di cina. Cinta akan datang begitu saja menghampirimu tanpa susah-susah diusahakan. Bahkan ketika cinta tak pernah menghampiripun harus diterima sebagai sesuatu yang wajar. Wajar karena misterinya.

Ibu Teres tentunya yakin, bahwa semua orang berhak memperjuangkan cintanya. Inilah kodrati sebagai manusia yang membedakan setiap orang dengan insting hewani. Insting hewani itu hanya berkaitan dengan persoalan ber-reproduksi untuk mempertahankan kehayatian. Karenanya sangat alamiah juga bahwa hewan kadang sangat hewani dalam memperjuangkan pasangannya dalam kebuasan ketika musim kawin tiba. Karenanya agar membedakan dari insting hewani maka seseorang harus sanggup membedakan mana pengalaman sungguh mencintai dan hasrat hanya untuk ber-reproduksi. Hewan tak butuh perangkat norma tertentu untuk ber-reproduksi. Sedangkan manusia dilintas waktu manapun, diruang belahan bumi manapun punya perangkat nilai social dalam mengatur hal ini. Jadi bolehkah  menjadikan cinta sebagai alasan semu dan menabrak norma hanya agar dapat menyalurkan insting ber-reproduksi?

Hemat saya, bahwa cara memperjuangkan cinta haruslah  penuh dengan kegembiraan dan semangat membebaskan. Kegembiraan dengan penuh rasa syukur bahwa karya misterius ini pun boleh dialami.  Dan membebaskan berarti bahwa memberi kesempatan agar cinta itu datang atau bahkan tak pernah datang. Membebaskan berarti juga bahwa siapun yang kita cintai adalah peribadi yang lepas bebas menjadi dirinya sendiri. Membebaskan siapapun yang kita cintai dari hasrat hanya ingin memiliki apalagi menguasai.

Mungkin yang harus dilakukan adalah menjadi peribadi yang siap. Siap agar ketika ia datang, dapat kita terima dalam kegembiraan dan kebebasan. Dan ketika seseorang tak membalas perasaan kita mengiklaskannya. Ini juga ujian bagi ketulusan. Siap untuk mencintai dalam kerendahan hati.

Kragilan, 01 Juni '11

Sabtu, 28 Mei 2011

pesan seorang Ibu dari surga..(buat : Aat Asiyah)


25 Mai 2010. Selasa

Anakku ....

Mama hanya tidak kelihatan lagi sekarang. Bukan pergi selamanya. Tidak juga meninggalkan mu. Hanya pulang, dan menjadi pendoa buat mu. Di alam abadi, mama senantiasa menjagamu setiap saat. Atas doa mu para malaikat di surga akan turun dan menjemput mama. Mereka membawa mama menuju tempat paling membahagiakan. Disana setiap saat terdengar musik mengalun, setiap sungai mengalirkan air susu. Setiap tumbuhan mengeluarkan bunga dan buah ranum beraneka. Karena sujud tahajud mu mama mendapat tempat mulia di surga.

26 Mai 2010. Rabu

Tak ada yang kejam anakku. Satu diantara tanda kebesaran Allah adalah bahwa setiap kehidupan akan kembali pada –Nya. Innalilahi wa inna ilaihi raji’un. Itu tanda tunduk sujud setiap insan pada kuasa - Nya. Ikhlas putri ku. Ikhlas. Mama tidak pernah dijauh pisahkan dari kalian. Allah memanggil mama agar mama dekat pada –Nya dan selalu bersama kalian. Itu cinta Allah pada mama terutama pada kalian. DIA Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Kematian hanyalah satu bentuk peralihan kehidupan. Kematian bukanlah tidur panjang. Mama sudah bangun untuk kali terakhir dan selalu bersama kalian.

Anakku...kenapa begitu asing rona di wajah mu? Kenapa selalu murung aura mu anak ku? Mama tidak ingin lagi kamu bersedih. Bukankah doa di setiap sujud mu sudah mengantar mama ke surga abadi?

04 Juni 2010. Jum’at
08.51.

Tersenyumlah anak ku. Tarik sudut bibir mu agak lebar sedikit lagi. Itu bukan hanya membuat senang hati mama, itu terlebih membawa gembira ke hati mu. Kamu hanya sedang tidak melihat mama lagi sekarang. Tapi yakinlah bahwa mama ada dekat dengan mu. Tepat disamping mu.

Anakku...mama hanya ingin berterima kasih pada mu. Mama sangat senang melihat mu belajar memasak. Maaf kan mama karena seharus nya mama mengajari mu sejak dahulu. Aku tahu masakan mu sedikit hambar. Mama ingin mengatakan kepada mu untuk menambah sedikit lagi garam. Abi mu lebih suka sedikit asin. Anak ku...tahu kah kamu? Untuk membesarkan hati mu, abi mu sungguh mengatakan itu sangat enak. Itu sayang seorang abi untuk anak nya.

Mama titipkan abi pada mu anakku. Di balik sikap tegar nya, abi mu hanya seorang manusia. Hati abi mu juga hati manusia. Jadi lah pembawa gembira bagi setiap sedihnya. Turutilah kata katanya sama seperti mama tunduk pada nya. Abi adalah imam dan pemimpin di rumah kita. Jagalah diri mu baik baik anak ku. Kehormatan seorang ayah terletak pada bagaimana anak gadisnya menjaga kehormatan dirinya. Abi dan mama tida melarang mu untuk berteman dengan siapa saja. Tapi mama mohon untuk jaga diri mu baik baik. Ingatlah putri ku, bahwa kamu seorang muslimah. Seumur hidup pernikahan kami, abi tidak pernah menyakiti mama, untuk itu mama mohon pada mu, jaga abi, hormati beliau, sayangi dia seperti mama pada kalian.

Belajarlah lebih giat lagi putriku. Kehidupan ada di hadapan setiap orang untuk didatangi. Untuk di buka tabirnya. Belajar dari setiap gerak kehidupan. Membaca dari setiap lembar peristiwa. Itu akan memuara pada sujud takjub akan segala kuasa Nya.

Anakku sayang. Kebaikan sudah ada pada diri setiap orang. Itu kodrati. Tapi kebaikan sekeci apapun itu haruslah di biasakan. Baik kepada setiap orang bukan hanya karena siapa mereka. Apapun yang ananda lakukan, itu menunjukan siapa pribadi mu, anak ku.

Ikhlaslah akan kecantikan mu. Itu kunci untuk menjaga sadar mu tetap rendah hati. Biarlah setiap mata yang memandang pesona mu mengucap syukur pada Pencipta yang menjadikan mu sempurna. Dengan ikhlas mu, cantik rupa bukan apa-apa. Cantik rupa hanya alat ditangan-Nya, agar setiap mata memandang kuasa-Nya. Tersenyumlah selalu putri ku karena senyum mu adalah pintu bagi semua orang untuk masuk memandang dan takjub akan kuasa Pencipta. Sungguh. Putri ku. Tersenyumlah selalu. Agar setiap mereka yang kamu sapa memuja Pencipta mu. Ikhlas akan kencatikan itu menolong mu untuk ingat pada Pencipta, bahwa setiap karya tangannya adalah suci. Karena kemurnian ciptaan itu lah putri ku, jagalah dirimu. Dirimu adalah ciptaan Nya paling spesial. Abi dan mama hanyalah perantara bagi DIA untuk mengantarmu kepada kehidupan.

Ananda lahir ketika zaman dan gerak isi didalamnya mengagung agungkan materi. Ananda besar ketika semua orang berlomba mengejar materi ragawi. Banyak uang, kaya raya, cantik, seksi, punya banyak pacar, seks bebas, narkotika, HP keren, motor, mobil, baju bermerek, tas bagus, sepatu trendi seolah jadi tuhan dan dituhankan. Kemudian semua orang berlomba untuk cantik, seksi, dan mengumbar aurat hanya demi ketenaran seperti itu, dan melupakan Allah. Materi jadi tuhan, kemudian mereka menghalalkan segala cara, instant tanpa proses, pragmatis, menjadi hedonis.

Karenanya anakku, hanya solat yang menjaga sadar. Doa meningatkan mu pada kehendak –Nya. Tunduk sujud mu menjaga agar suara hati tak tumpul dan tunduk pada kehendak dunia. Al Quran menuntun mu, menjadi cahaya ketika semua mata gelap oleh materi duniawi. Ingatlah itu ananda. Jangan lupakan ini putri ku.

11:21.
Di setiap langkah mu ananda ku, ingatlah. Kalau doa di setiap tahajud mu, telah mengantar mama ke surga abadi. Doa mama selalu menjaga mu, seperti ketuban dalam perut mama melindungi mu setiap saat selama Allah menenun mu dalam rahim mama. Mama akan menjaga mu dengan doa, seperti lengan mama menggendong mu dalam buaian. Mama akan menuntun mu dengan doa, seperti tangan mama menuntun dan menjaga langkah kecil mu ketika ananda belajar berjalan. Doa Mama selalu memeluk mu, sama seperti pelukan mama, meraih mu saat ananda terjatuh. Mama selalu mendoakan mu, agar arus zaman tidak merenggut mu. Mama selalu mendoakan mu.

gigih


Suatu hari seorang tua mengunjungi sebuah toko material bahan bangunan. Kepada penjaga yang datang menyapanya pak tua ini berkata :
 “Apakah ada makanan bebek?”
 “ Maaf pak, kami tidak menjual makanan bebek.” Kata penjaga dengan santun.

Hari kedua, pagi-pagi benar penjaga toko dikagetkan. Ketika membuka toko didapatinya pak tua yang sama di depan tokonya.
 “ Pagi bapak. Apa kabar pagi ini? Bapak cari apa? Bisa saya bantu?” Sapa penjaga toko dengan pertanyaan beruntun sepeti tembakan senapan mesin.
“Saya mencari makanan bebek. Ada?”  Kata pak tua sambil tersenyum.
“Maaf bapak, ini toko material bahan bangunan. Bukan toko pakan ternak.” Kata penjaga sambil berusaha menahan amarahnya.

Hari ketiga. Saat matahari tengah terik-teriknya. Pak tua yang sama datang lagi dan menemui penjaga yang sama.
“Maaf nak. Ada makanan bebek?” Tanya pak tua sambil menyeka keringatnya.
“Apa? Makanan bebek lagi? Harus dijelaskan berapa kali si pak? Kalo tempat untuk makanan bebek, ada. Makanan bebeknya bapak beli di toko pakan ternak di seberang jalan sana.”  Meledaklah amarah penjaga toko. Rupanya siang yang terik meruntuhkan daya tahan untuk mengontrol emosinya.

Hari keempat.kali ini agak sore. Ketika melihat pak tua ini bergegas memasuki tokonya, penjaga toko lansung menyambutnya dengan ketus.
“.Lama-lama tak pukul kepala bapak dengan LINGGIS. Ini kali keempat selama empat hari ini bapak kesini. Ini toko material. Bukan pakan ternak!!!!. Gak ada makanan bebek!!!”
Tak ada kesempata membela diri bagi pak tua. Sambil tersenyum pak tua meninggalkan toko material bahan bangunan itu tanpa kata-kata.

Hari kelima. Si bapak tua rese ini datang lagi ke toko material bahan bangunan yang sama. Karena terlihat sangat sibuk melayani pelanggan yang lain, pak tua mengurungkan niatnya untuk mengganggu sang penjaga toko.

“Apa ada LINGGIS?” Sapa pak tua pada penjaga toko saat ada kesempatan.
“Gaaaaaaaakkkkkk Aaaaaadddaaaaaaaa!!! “ Teriak penjaga toko dipuncak amarahnya.

“Kalau makanan bebek?”


“Semester ini nilaimu jeblok lagi. Dengan IP hanya 2,3 semester ini mungkin saya ga bisa bantu lagi untuk merekomendasikan perpanjangan beasiswamu”.

Kata-kata dosen pembimbing kelasku masih terngiang-ngiang di kepalaku.

Saya tahu pak. Saya sadari itu. Semester kemarin dengan IP 2,8, saya beranikan diri menemui bapak. Memohon direkomendasikan untuk memperoleh beasiswa itu. Padahal syarat minimal IP untuk penerima beasiswa tersebut adalah 3,0.  Saya juga janji sama bapak untuk mengejar IP semester ini minimal 3,0. Tapi kenyataannya saya hanya bisa di 2,3. Saya tahu ini mengecewakan bapak. Saya sendiri juga kecewa. Rasanya saya sudah berusaha dengan keras. Setiap pertemuan saya ikuti. Setiap tugas saya kerjakan. Kalau tidak mengerti  bahan kuliah saya waktukan khusus tuk minta bimbingan dosen pengampuh. Saya sudah sediakan lebih banyak waktu tuk belajar lagi dan lagi.

Jika disemester kemarin waktu belajarku hanya 4 jam sehari, disemester ini akan saya tambah menjadi 6 hingga 8 jam sehari diluar jam kuliahku. Jika kemarin hanya membaca ulang bahan kuliah sebanyak 2 kali, semester ini akan saya tambah menjadi 6 kali.

Ini bukan hanya sekedar mengejar beasiswa ku. Lebih dari itu. Ini kesempatan tuk membuktikan diriku. Jauh-jauh dari Adonara ke Jogja, akan malu-maluin jika hanya pulang dengan IPK 2,4. Jika mereka bisa hingga 4,0, berarti saya juga bisa.

Saya sadari. Disemester kemarin saya sudah rajin belajar. Ketika teman-teman belum bangun, saya sudah bangun duluan tuk belajar. Ketika teman-teman sudah tidur saya masih bangun tuk membaca. Ketika teman-teman dolan setelah kuliah jam pertama, saya ke perpus sambil menunggu kuliah jam ketiga. SUDAH BELAJAR SEGIAT INIPUN IP HANYA 2,3, APALAGI JIKA TIDAK BELAJAR SAMA SEKALI?

Saya sadari. Kemampuan otak saya mungkin tidak sama seperti teman-teman lain. Hanya mendengar penjelasan dari dosen sekali saja mereka sudah mengerti materi yang dijelaskan. Saya sudah merekam pembicaraan dosen. Sampai memori computer tuaku penuh sesak dengan file rekaman setiap pertemuan setiap dosen setiap mata kuliah. Dengan rekaman itu saya punya kesempatan tuk memutar dan mendengarnya berulang-ulang. Itupun kadang masih belum paham. Karenanya saya masih juga harus membacanya berulang-ulang. Tapi rasanya juga masih sama saja.

Saya bahkan malu mengikuti tes untuk mengetahui berapa besar IQku. Takut terlalu rendah untuk seorang mahasiswa sepertiku. Mungkin lebih rendah dari perkiraan orang-orang bahkan perkiraanku sendiri. Rasanya setiap materi begitu sulit untuk dipahami.

Orang bilang ora et la bora. Belajar sambil berdoa. Saya bahkan merasa sudah lebih dari itu. Ketika orang-orang belajar sambil berdoa. Saya malah berdoa sambil belajar. Saya sudah mengucapkan doa saat belajar. Saya sudah belajar seperti orang tidak punya Tuhan dan berdoa seolah-olah hanya doa yang mampu menyelamatkan IPku. Bukan sok-sok alim. Atau narsis memuji diri sendiri. Tapi saya tahu tentang seberapa besar usaha saya.

Itupun IP ku masih 2,3 juga, se”belum pintar” inikah diriku? Karenanya harus lebih giat lagi disemester depan. Tak ada kesempatan tuk menyerah bagi ku. Sudah sejauh ini untuk menyerah begitu saja. Jika mereka bisa saya juga harus bisa. Bahkan jika mereka tidak bisa pun saya tetap harus bisa.

Sekali lagi ini bukan hanya sekedar untuk membuktikan diriku sebagai mahasiswa Adonara di Jogja yang harus pulang dengan IPK tinggi. Lebih dari itu. Jika hanya selesai kuliah dengan IPK tinggi saja saya ga bisa bagaimana saya nanti menghadapi kerasnya persaingan hidup yang sebenarnya setelah kuliah?


“ Maaf ka. Mungkin mulai saat ini kakak berhenti saja menungguku. Saya hanya mau jujur. Saya belum siap membangun hubungan dengan kakak”.

“Yah…dia menolakku”.

Perasaan ini, kukenali sama seperti sekitar 13 tahun silam. Saat itu seorang perempuan begitu sempurna dimataku. Ketika bertemu dengannya rasanya nyaman sekali. Perasaan yang dalam dan sulit didefenisikan.. Mengingatnya membawa kebahagiaan yang besar.

Sama dengan yang kualami saat ini. Perasaan yang sama. Tapi ini memberi rasa nyaman yang lebih dari yang pernah ada. Semua hal tentang nya itu menggembirakan. Barangkali ini yang orang katakana jatuh cinta.

Entalah. Ceritra hidup 13 tahun silam itu berbeda ketika dijalani. Itu hanya satu lembar dari sekian halaman sejarah hidup. Sayangnya diceritra itu, tak ada cukup kisah tuk memperjuangkan dan memenangkannya. Entah apa yang salah saat itu. Toh waktu yang berlalu itu tak mungkin bisa terkejar kembali.

Saat ini. Ia. Kenyataanya bahwa dia menolakku. Apapun alasanya  itu tentu yang terbaik baginya. Bahwa setiap orang harus menjadi dirinya sendiri itu benar adanya.

Bukan bahwa itu berarti berhenti memperjuangkannya. Kenyataan bahwa saat ini dia tengah menjalin hubungan dengan seseorang. Tapi ini juga bukan menjadi alasan tuk berhenti mengusahakannya. Barangkali dia menolak karena memang tidak punya cukup perasaan suka padaku. Egois memang. Tapi tak akan berhenti hanya disini.

Jika sesuatu hal membuatku yakin, seyakin-yakinya bahwa itu memberiku rasa nyaman haruskah berhenti mengusahakannya? Jika yakinku bahwa itu membawa kebahagiaan dalam hidup haruskah menyerah?

Barangkali bahwa karena tidak cukup menyukaiku sehingga apapun yang ada padaku membuatnya ga nyaman. Dan ketidaknyamanan itu membuatnya terganggu. Gangguan itu tidak membuatnya senang. Ketidaksenangannya itu membuat dia semakin tidak menyukaiku. Mungkin ini menjadi lingkaran “tidak baik” yang berulang-ulang. Jika ini benar, haruskah membuatku berhenti?

Bukankah untuk membangun hubungan, seseorang harus memiliki landasan yang sangat kuat. Dasar dimana sanggup menutup opsi terhadap kemungkinan akan yang lain. Perasaan suka yang dalam yang membuatku tidak cukup alasan tuk menggantikannya dengan kesukaan yang lain. Jika saat ini terjadi haruskah berhenti.?
Tidak.  Kalaupun dia tidak menyukaiku. Kalaupun saat ini dia tengah berhubungan dengan seseorang yang lain. Kalaupun dia menolakku lagi dan lagi,  haruskah berhenti.?

Toh perasaanku ke dia yang dalam itu tidak membutuhkan alasan apapun untuk ada. Perasaan itu ada begitu saja. Tanpa ku undang. Tanpa susa-susah ku usahakan untuk datang. Perasaan itu ada begitu saja.

Ini semua hanya mengenai perasaan yang membuatku mengusahakannya sepenuh-penuh. Terdengar egois memang. Mungkin sangat egois. Tapi bukankan sesuatu yang membawa kebahagiaan itu patut diperjuangkan?

Bukankah muara dari kehidupan adalah kebahagiaan? Karena nya semua aliran perjuangan itu akan mengikuti alur-alur kehidupan hingga memuara pada kebahagiaan. Sama seperti air sungai yang dari hulu diam-diam menembus bebatuan. Air sungai yang harus berkelok-kelok menyiasati bukit agar bisa sampai kemuara. Ketika melewati bukit pasir, agar tidak kering air sungai mesti masuk kedalam dan dalam-diamnya merembesi bukit pasir tersebut dan mengalir kembali ke muara.

Maka maafkan aku jika perjuangan ku menuju pada mu memberi rasa tidak nyaman. Tapi inilah jalan yang kupilih. Diarah inilah tujuan ku. Aku tak akan bergeming. Tak akan bergeser walau hanya seinci. Menuju pada hari-harimu, dan menjadi bagian dalam kehidupanmu lah kebahagiaanku. Inilah yang memberiku alasan tuk memperjuangkan mu sepenuh-penuh.

Para sahabat ...
Pernakah berada pada posisi seorang dari ketiga ilustrasi diatas?
Anda dan saya mungkin pernah mengalami nya atau bahkan barangkali pernah menghadapi berbagai persoalan dilematis lainya.

Pak tua mungkin tak akan pernah mendapatkan makanan bebek di toko material bahan bangunan. Mahasiswa Adonara di Jogja mungkin tidak sanggup memperoleh IP 3,0 disemester berikutnya. Dan mungkin si pemuda itu akan mendapati cintanya bertepuk sebelah tangan, tak berbalas. Tapi apakah mereka berhenti memperjuangkannya?

Tak ada satupun kebaikan didunia ini yang instan. Sekecil apapun harus dimulai. Setelah dimulai harus dibiasakan. Tujuan hidup pun butuh diperjuangkan. Semakin berat perjuangan itu semakin berarti kelak untuk dipertahankan. Ada pepatah yang sangat klasik. easy come - easy going, bahwa yang instan datangnya akan pergi begitu saja dengan mudah.

Akan sangat berbeda jika pak tua mencari makanan bebek ke toko pakan ternak. Juga akan berbeda jika mahasiswa Adonara di Jogja itu selalu mendapat IP 4,0 disetiap semester kuliahnya. Dan akan berbeda jika sang pemudah lansung mendapat jawaban “Ia aku mau” sebelum mengutarakan perasaan pada gebetannya. Kisah apa yang pantas diceritrakan dari kemudaha-kemudahan seperti ini? Berapa banyak kisah yang memperburuk negeri ini hanya karena orang berlaku serba instan? Menghalalkan segala cara hanya untuk memperoleh kemudahan-kemudahan semu.

Ketika kita menemukan tujuan hidup kita masing-masing maka semua enersi mungkin harus kita kerahkan untuk mencapainya. Barangkali ketika ditengah jalan tujuan itu semakin menjauhi kita. Rasanya semakin berat pan panjang menuju padanya. Tapi inilah letak perbedaannya. Kepuasan batin seperti apa yang akan kita peroleh setelah mendapat buah manis dari hasil kerja keras, panjang dan melelahkan?

Sahabat

Yang membedakan orang berhasil dan yang belum berhasil hanyalah terletak pada seberapa keras mereka berusaha untuk mengejar tujuannya.
Apapun tujuan anda saat ini, sebesar apapun rintangan yang menghalangi apapun yang anda perjuangkan, kegigihanlah yang memberi perbedaan  pada apapun hasilnya.