Rabu, 01 Juni 2011

Kekuatan Kata - Kata (Kuat Kemuha KODA)


Pohon dan Bunga yang kehilangan rohnya.

Kali ini,  saya  ingin bercerita tentang salah satu kebiasaan yang ditemui pada penduduk  yang  tinggal di sekitar kepulauan Solomon, yang letaknya di Pasifik Selatan. Nah, penduduk primitif disana punya suatu kebiasaan yang menarik yakni meneriaki pohon. Untuk apa ? Kebisaan ini  ternyata  dilakukan  apabila terdapat pohon dengan akar-akar yang sangat kuat dan sulit untuk dipotong dengan kapak.  Inilah yang mereka lalukan, jadi tujuannya supaya pohon itu mati. Caranya adalah, beberapa penduduk  yang kuat dan berani akan memanjat hingga ke atas pohon itu. Lalu,   ketika  sampai  diatas  pohon  itu  bersama dengan penduduk yang ada di bawah pohon, mereka akan berteriak sekuat-kuatnya  kepada  pohon  itu. Meneriakan kata-kata kotor sambil membentak-bentak pohon tersebut.
Mereka lakukan teriakan berjam-jam, selama kurang lebih empat puluh hari. Dan, apa yang terjadi sungguh menakjubkan. Pohon yang diteriaki itu perlahan-lahan daunnya mulai mengering berguguran. Setelah itu dahan-dahannya juga mulai garing dan  rontok dan perlahan-lahan pohon itu akan mati. Dengan demikian, mudahlah ditumbangkan.

Beberapa tahun lalu, ketika berkunjung kerumah kerabat yang salah satu anggota keluarga tersebut meninggal saya mengalami suatu yang luar biasa. Beberapa tanaman kesukaan orang yang meninggal terlihat layu dan kurus. Ketika seorang tamu lain yang merupakan famili dekat keluarga itu bertanya kenapa tanaman tersebut sudah disiramnya tapi tetap terlihat layu, tidak seperti biasanya? Tuan rumah itu menjawab bahwa mungkin saja mereka juga sedih dan kehilangan. Biasanya saat disiram, tanaman tersebut juga diajak bicara dan bercanda oleh yang menyiram, yang saat ini sudah meninggal.

Nasi yang Terurai dan  yang Membusuk

Juga ada cerita lain sebagai berikut: Disebuah pameran, sekelompok orang menaruh dua wadah seperti toples yang berisi nasi matang. Salah satu toples tersebut ditempeli kata yang berkonotasi negatif. Kata-kata yang begitu diperdengarkan akan menyakiti telingga hingga kehati yang mendengar. Toples lainnya ditempeli kata-kata positif. Kata-kata yang membangun, menguatkan. Kata-kata yang terdengar indah dan menenangkan hati saat diucapkan.

Penjaga stand tersebut kemudian menginstruksikan kepada setiap pengunjung pameran tersebut agar membacakan dengan keras setiap kata yang ditempeli pada toples-toples itu. Toples pertama dan kedua diletakan ditempat yang berbeda yang juga kedap suara sehingga ketika penggunjung membaca kata-kata yang tertera ditoples pertama tidak mungkin terdengar di tempat tolpes berikutnya.

Seminggu kemudian setelah dibuka, nasi di toples pertama yang ditempeli kata kata berkonotasi negatif mengalami pembusukan dan mengeluarkan bau yang sangat-sangat tidak sedap. Sedangkan nasi di dalam toples kedua yang ditempeli kata-kata positif mengalami penguraian juga mengeluarkan bau yang wangi ketika dicium.
Syair dalam Lagu

Beberapa saat lalu dalam sebuah sesi diskusi dikelas kursus bahasa Inggris yang saya ikuti, kami peserta yang hadir disuguhi sebuah video motivasi yang sangat bagus. Dalam video tersebut, sepasang saudara kembar identik, sama-sama perempuan, memiliki selera musik yang sama, kegemaran berbelanja yang sama, singkat kata, banyak kesamaan non fisik diantara mereka berdua.

Suatu pagi, saat keduanya bangun, didalam pemutar musik mereka sengaja disimpan keping CD lagu yang berbeda. Didalam pemutar musik Eni disimpan lagu yang membangkitkan semangat, penuh dengan kata-kata indah, kata-kata positif yang menguatkan. Lagu itu salah satu lagu kesukaan Eni. Sedangkan didalam pemutar musik Ani, disimpan lagu yang bernada lebih lembut, sair lagu-lagu tersebut penuh dengan kata-kata yang ketika didengar membuat hati jadi sedih, dan tertekan. Ani dan Eni sama-sama melakukan aktivitas harian biasa yang sama seperti mereka lakukan setiap hari sambil mendengar lagu dipemutar musik mereka masing-masing.

Mereka pun kemudian berangkat kesekolah yang sama dan juga duduk dikelas yang sama pula. Hari itu ada tugas yang harus mereka kerjakan masing-masing dan ternyata nilai tugas Eni sedikit jauh lebih baik dibanding Ani. Saat makan siang dikantin sekolah, kebetulan menu siang itu adalah menu favorit kedua saudari kembar itu. Eni makan dengan lahap sementara Ani bahkan menyisakan makanannya dipiring. Sore setelah pulang dari sekolah mereka singgah disebuah pusat perbelanjaan. Eni dengan riang dan berseri-seri mencari dan menemukan apapun yang mau dibelinya. Sedangkan Ani bahkan pulang tanpa membeli apapun. Saat sampai di rumah,  Ani terlihat sangat lelah sedangkan Eni masih bersemangat melakukan tugas harian yang harus mereka selesaikan bersama.

Kisah Pemuda Bugar

Dalam sebuah penelitian lain, seorang pemuda atletis yang sangat aktiv bergerak sehingga memiliki kebugaran yang sangat baik dikondisikan pada suatu keadaan sebaliknya yang dia tidak sadari. Saat pagi datang dan menemui kekasihnya dikampus, sang kekasih menanyakan kenapa wajahnya terlihat sangat pucat. Apakah dia semalam keluyuran sehingga kurang tidur? Pemuda bugar ini bingung. Dia tidur jam sembilan malam sama seperti malam-malam sebelumnya. Dia berolah raga pagi seperti biasa  dan berangkat setelah sarapan sehingga merasa sangat sehat hari itu. Ketika masuk ke kelas, dosennya juga menyapa dan menanyakan kenapa dia terlihat sangat pucat seolah lagi sakit? Begitu juga dengan petugas jaga di kantin kampus saat makan siang. Petugas  kantin itu menegurnya bahwa dia terlihat sangat pucat dan menyarankan pemuda itu mendatangi klinik kampus untuk memeriksakan kesehataanya. Padahal sang pemuda merasa sehat – sehat saja. Ketika masuk ke kelinik kesehatan, dokter jaga mendatangi sang pemuda dan juga bertanya kenapa dia terlihat sangat pucat dan seperti kesakitan? Dokter kemudian memeriksa tensi darah dan juga mengukur suhu tubuh pemuda itu. Dokter kemudian mengatakan bahwa tekanan darah nya terlalu rendah dan suhu tubuhnya terlalu panas dan menyarankan dirinya untuk pulang sebelum jam kampus usai untuk beristirahat. Padahal hasil pemeriksaan dokter tersebut sebenarnya normal. Tensi darah dan juga suhu tubuh pemuda ini normal seperti orang sehat kebanyakan.

Sampai dirumah, sang pemuda mendapati dirinya bersin-bersin terserang flu dan demam panas hingga menggigil.  Pemuda tersebut merasa sakit.

Kelembutan Sang Perawat

Lebih dari 10 tahun lalu di tempat tinggal saya di Lewolere - Larantuka semasa SMA,  ada seorang perawat yang selalu kami datang ketika salah satu dari kami sakit. Entah datang untuk berobat atau hanya sekedar meminta obat bagi salah satu keluarga kami apabila mereka sakit.  Tidak hanya kami sekeluarga, tetangga-tetangga kami pun datang menemuinya ketika sakit.  Sebuah kesan yang sangat dalam hingga sulit untuk dilupakan hingga saat ini. Ketika datang, Ibu perawat yang sudah berputra satu ini menyapa kami dengan sangat lembut. Bahkan saking lembutnya sehingga saya kadang merasa sudah sembuh hanya mendengar suaranya. Kata-katanya santun dan menguatkan.

Saking terkesan dengan kelembutannya, saya lebih memilih lewat didepan rumahnya saat berangkat ataupun pulang sekolah. Hanya untuk mendapat kesan yang sama tanpa harus mendengar tutur katanya yang lembut. Bahkan ketika sehat pun sedikit berharap agar sakit hanya untuk sekedar datang dan mendengar suaranya pun terasa lebih ampuh berkhasiat menyembuhkan dibanding obat yang diberikannya.


 Para Sahabat 

Bahwa setiap ucapan yang kita perdengarkan dan atau kita dengar memiliki enersi-enersi tertentu yang suka atau tidak suka, mau atau tidak mau mempengaruhi diri kita. Pernah mendengar sebuah kata yang membuatmu terlecut sangat bahagia dan girang-gemirang berhari-hari?  Atau pernah mendengar sebuah kata yang membuatmu kecewa, sedih dan menangis bombai juga berhari-hari?

Ketika kita mengucapkan sesuatu, siapa yang pertama mendengar itu? Jika kata itu spontan keluar dari ucapan kita pun tetap saja kita sendirilah orang pertama yang mendengar itu. Ketika kita mendengar seseorang mengucapkan sesuatu yang kita tolak, ungkapan yang membuat kita tidak nyaman, kita akan mengindarinya. Inilah mekanisme pertahanan diri yang sangat alamiah.

Tapi bagaiman jika kita yang mengucapkan kat-kata yang oleh umum itu tidak nyaman? Kata-kata negatif yang melukai seseorang? Yang membuat seseorang sedih? Mungkin karena mekanisme pertahanan diri orang lain tersebut bekerja alamiah yang menyebabkan orang itu pergi ketika mendengar kata yang kita ucapkan. Tapi bagaimana dengan diri kita sendiri yang juga bahkan pertama mendengar apa yang kita ucapkan?

Dalam perjumpaan kita dengan orang lain, selain kita menggunakan bahasa tubuh atau isyarat gerak, dalam berkomunikasi kita juga menggunakan bahasa lisan maupun tulisan. Ketika kita menggunakan bahasa lisan maupun tulisan dalam komunikasi ini, pilihan mana yang kita ambil? Memilih menggunakan bahasa berkonotasi positif yang menumbuhkan, menguatkan, menyembuhkan? Atau menggunakan bahasa yeng melukai, menyakitai siapapun rekan komunikasi kita?

Kita bisa memilih memperdengarkan kata – kata makian yang membuat pohon pun kehilangan rohnya, menggunakan kata-kata yang bahkan membuat nasi didalam toples pun membusuk bau. Kita juga bisa memilih menggunakan kata yang menjadikan seorang pemuda bugar sehat walafiat berubah sakit. Barang kali karena alasan – alasan tertentu kita ingin menggunakan bahasa tersebut untuk orang lain, rekan komunikasi kita. Tapi bukankah kita pertama yang mendengar bahasa tersebut?

Sebaliknya, anda dan saya bisa memilih untuk menggunakan bahasa yang menguatkan, menyembuhkan. Kata - kata yang membuat nasi didalam toples mengurai sempurna dan mengeluarkan wangi yang harum. Kita bisa juga menggunakan kata-kata positif yang merubah sepanjang harinya Eni, menjadikan Eni beraktivitas penuh semangat. Kita juga bisa menggunakan kata-kata lembut nan santun yang membuat kesan begitu mendalam dalam kehidupan seseorang.

Bahwa pilihan apapun yang kita buat akan mendatangkan akibat lansung maupun tidak lansung bagi kita. Begitu juga dengan ketika kita memilih bahasa. Menggunakan bahasa berkonotasi positif maka akan mendatangkan konsekuensi positif bagi diri kita dan juga siapapun rekan komunikasi kita.
(Kragilan,  hari ke 18, bulan 2, 2011. 11.24)

Selasa, 31 Mei 2011

Orang Kuat.



Orang Kuat adalah yang Tetap MENCINTAI walau ia terluka karena cintanya.
Ia Mau MEMAAFKAN disaat  perih ia disakiti.

Orang Kuat adalah yang SABAR disaat rintangan tak pernah pergi dari nya.
Ia SANTUN dalam kata dan laku walau seseorang memancing amarahnya…

Orang Kuat adalah  yang SELALU terbuka tangannya MEMBERI
Ia  MENDAHULUKAN YANG LAIN walau ia sama Membutuhkannya.

Orang Kuat adalah yang SELALU GEMBIRA disaat hidup tanpa harapan sekalipun.
Ia TETAP  TERSENYUM walau  dilupakan dan dipandang rendah…

Orang yang kuat adalah yang memegang PRINSIP –nya walau dunia meninggalkannya.
Ia  membalas Pertentangan dengan KASIH.

Orang yang Kuat adalah yang tidak MENYALAHKAN orang lain atas apapun yang menimpanya…
Ia siap menerima TANGGUNGJAWAB karena semua perbuatanya.

Orang Kuat adalah yang tidak terjebak pada PENGHAKIMAN dini atas “diri” -nya….
Ia MENGUTUK “kesalahan” –nya…. bukan “diri” –nya.

..and ORANG KUAT adalah yang bisa MENGALAHKAN DIRINYA
karena tanpa itu dia bukan apa-apa
Awal February 2007

Amarah..


“ Semua Orang Bisa Marah. Tapi marah karena alasan yang benar, untuk tujuan yang benar, pada orang yang tepat, dengan tingkat kemarahan yang sesuai, diwaktu yang tepat, ditempat yang semestinya, adalah tidak mudah. Dan semua orang belum tentu bisa” Aristotels ( Filsuf).
Bagaimana dengan Anda?

Kerendahan Hati



Didalam cara-cara mencapainya, Ibu Teresa dari Calcuta mencantumkan salah satu point penting untuk kerendahan hati adalah  “Jangan Berusaha Untuk Dikagumi dan Dicintai”.
Ketika untuk kali pertama membaca ini, alis saya serta-merta terangkap bertanya kenapa?
Apakah berusaha untuk dikagumi dan dicintai dapat menjadikan seseorang tinggi hati? Menjadi takabur dan sombong? Apakah berusaha untuk dicintai dan dikagumi dapat membuat seseorang kehilangan kepekaanan hatinya?

Paradoksial memang, ketika cinta mensyaratkan untuk diperjuangkan, berhadapan dengan jangan berusaha untuk dicintai dan dikagumi dari kerendahan hati. Pernah dengar “cinta ditolak dukun bertindak?” Inilah  tanda bahwa seorang pejuang cinta dapat saja gelap mata menghalalkan segala cara untuk mendapatkan cintanya. Mungkin saja saya berpikir bahwa jika cara haram dihalalkan dalam rangka memperjuangkan cinta bisa diterima sebagai sesuatu yang keliru, maka sah- sah saja. Tapi bagaimana jika usaha untuk dicintai dan dikagumi yang halal pun tidak di-rekomendasi-kan oleh kerendahan hati?

Ibu Mungil dengan cinta sebesar kehidupan di bumi ini tentu punya alasan yang sangat kuat ketika memasukan point ini dalam perjuangannya menjadi rendah hati.  Barangkali para pengikutnya paham benar apa motifasi dasar yang menjadi landasan perilaku mereka. Tapi bagaimana dengan saya yang awam? Haruskah kerendahan hati sebagai nilai yang patut untuk diperjuangkan mengalahkan usaha lebih besar tuk mendapatkan balasan cinta dari seseorang? Bukankah juga manusiawi jika saya berusaha agar cinta saya mendapatkan balasan cinta juga?

Mencintai adalah pengalaman universal paling misterius. Membahasnya sama saja dengan menanggalkan lapisan demi lapisan kehidupan. Membicarakannya berarti menyinggung segala yang kasat maupun yang nyata, lintas galaksi, tak terbatas ruang maupun waktu. Cinta itu sangat kompleksa namun bisa juga sangat sederhana. Bahkan mungkin saja lebih sederhana dari “mengurai harumnya mawar dengan kata-kata”. Siapa yang sanggup?

Barangkali Ibu Teresa benar. Bahwa cinta yang universal dan misterius inilah salah satu alasan yang kuat untuk “menguji” seseorang dalam menjadi rendah hati. Pengalaman mencintai yang misterius itu membuat banyak orang kehilangan pikiran. Benar! Karena mencintai itu tanpa alasan. Diluar rasio. Tak terjangkau logika. Karena ketakterjanggkauan rasio inilah maka kadang saya kehilangan atau lebih parah lagi sengaja menghilangkan rasio dalam memperjuangkannya.

Padahal -barangkali Ibu Teresa sadar betul- bahwa tak diperjuangkan pun ketika cinta datang tak ada satu hal pun dapat menghalanginya. Tidak lautan luas, tidak juga dinginnya antartika. Tidak jarak antar galaksi, apalagi cuma tebalnya dinding tembok besar di cina. Cinta akan datang begitu saja menghampirimu tanpa susah-susah diusahakan. Bahkan ketika cinta tak pernah menghampiripun harus diterima sebagai sesuatu yang wajar. Wajar karena misterinya.

Ibu Teres tentunya yakin, bahwa semua orang berhak memperjuangkan cintanya. Inilah kodrati sebagai manusia yang membedakan setiap orang dengan insting hewani. Insting hewani itu hanya berkaitan dengan persoalan ber-reproduksi untuk mempertahankan kehayatian. Karenanya sangat alamiah juga bahwa hewan kadang sangat hewani dalam memperjuangkan pasangannya dalam kebuasan ketika musim kawin tiba. Karenanya agar membedakan dari insting hewani maka seseorang harus sanggup membedakan mana pengalaman sungguh mencintai dan hasrat hanya untuk ber-reproduksi. Hewan tak butuh perangkat norma tertentu untuk ber-reproduksi. Sedangkan manusia dilintas waktu manapun, diruang belahan bumi manapun punya perangkat nilai social dalam mengatur hal ini. Jadi bolehkah  menjadikan cinta sebagai alasan semu dan menabrak norma hanya agar dapat menyalurkan insting ber-reproduksi?

Hemat saya, bahwa cara memperjuangkan cinta haruslah  penuh dengan kegembiraan dan semangat membebaskan. Kegembiraan dengan penuh rasa syukur bahwa karya misterius ini pun boleh dialami.  Dan membebaskan berarti bahwa memberi kesempatan agar cinta itu datang atau bahkan tak pernah datang. Membebaskan berarti juga bahwa siapun yang kita cintai adalah peribadi yang lepas bebas menjadi dirinya sendiri. Membebaskan siapapun yang kita cintai dari hasrat hanya ingin memiliki apalagi menguasai.

Mungkin yang harus dilakukan adalah menjadi peribadi yang siap. Siap agar ketika ia datang, dapat kita terima dalam kegembiraan dan kebebasan. Dan ketika seseorang tak membalas perasaan kita mengiklaskannya. Ini juga ujian bagi ketulusan. Siap untuk mencintai dalam kerendahan hati.

Kragilan, 01 Juni '11